Kamis, 19 April 2007


menapaki hidup,
berarti berenang diantara rentang jerat-jerat syahwat

semakin panjang jalan yang berhasil kita terjang
semakin terjal buaian nafsu mengikat gesang
tengadahkan kepala
buka mulut
tenggak air hujan yang menetes dari bilik langit, empunya kerajaan tuhan


itu lah dunia yang setiap harinya kita kejar mati-matian
memeras keringat dan kepayahan, tidak ada yang dapat kita rengkuh
kecuali beberapa tetes, ...
dan kita semakin kehausan karenanya.

kenapa harus repot,
kita bisa mendapatkan yang lebih banyak, saat hati kita kita tenggelamkan dalam buaian kasih-Nya
berendam firman di setiap perilaku kita.

kawan, ada banyak yang mestinya kita renungkan
tundukkan kepala mu, lihat dan pahami ...
air di kaki mu lebih dekat dan banyak,

kawan,
nantinya itulah pekerjaan kita untuk membersihkan air itu.
sekali lagi itulah tugas kita, dan kesabaran akan membawa kita dalam keberuntungan yang tak pernah bertepi!

kawan,
pernah mendengar hikayat telur emas?

bukan untuk bercerita kawan, namun ada pelajaran yang mestinya dapat kita petik.
pekerjaan, apapun namanya mestinya kita lakukan dengan khidmat, tanpa mesti memandang status 'pengemis'nya. tetapi bagaimana kita bisa memberikan penghargaan, bahwa pekerjaan mengemis lebih mulia daripada harus berkhianat dan menggunting kertas terlipat.
hargailah pekerjaan kita kawan dan berlakulah jujur serta berbagi, meski saat yang sama,
kita tak ada lagi yang kita makan nantinya.

cukuplah kebahagiaan batin ini bersemai,
seiring 'nyedulur' kita dengan sesama,
berbagi kasih dan membaur dalam suasana kebersamaan, kekeluargaan!

pekerjaan ini bukan berarti kita menghendaki imbalan telur emas ...
tetapi sejatinya dari pekerjaan ini kita mampu menelurkan emas dalam hati kita,
hati yang bisa mengulas senyum bagi sahabat, atau siapa saja yang mungkin saat ini kita tidak mengenalnya!

saat pagi hari menjelang,
mestinya kita instropeksi diri,
membangun potensi dan berlaku optimis

maka pada saat mata kita terbuka, ...
segeralah bersuci ...
kibaskan percikan dekil2 iri dengki!

sambutlah mentari pagi dengan jiwa yang suci
mandikan jiwa kita, diri kita dan paradigma kita
agar mentari yang bersinar lembut,
tidak kita persalahkan ... hanya karena panasnya tak lagi memberi kehangatan!